ruru

Festival Film Musik Rurushopradio

ruangrupa & Rurushopradio
mempersembahkan

Festival Film Musik Rurushopradio
11 s/d 20 Maret 2013
Di RURU Gallery
Jl.Tebet Timur Dalam Raya No.6, Jakarta Selatan 12820
Gratis dan Tempat Terbatas!

eflyer_festival_film_musik_rurushopradio

ruangrupa, artist initiative berbasis di Jakarta sejak tahun 2000, memang selalu dekat dengan dunia musik. Hampir setiap program pameran yang diadakan oleh ruangrupa dibarengi dengan penampilan musisi/band/performer ataupun DJ. Selain itu sebagai sebuah art space, ruangrupa juga membuka ruangnya untuk mendukung musisi/band/performer untuk mengadakan pertunjukan musik yang intim dengan pendekatan artistik yang khas.

Menuju perayaan ulang tahun ruangrupa yang ke-13, radio seni rupa kontemporer Rurushopradio mengadakan program pemutaran film: Festival Film Musik Rurushopradio. Festival Film Musik ini menjadi program pertama dalam rangkaian perayaan 13 tahun ruangrupa dan Rurushopradio yang sudah setahun bersiaran.

Festival ini akan memutarkan karya film dan video yang berbicara dan menceritakan tentang musik, dalam bentuk dokumenter dan fiksi. Khusus untuk program kali ini kami memilih karya-karya yang dalam berbagai cara melihat dan bicara mewakili dunia musik dan juga anak muda, yang memiliki spirit dan ekspresi artistiknya tersendiri, sehingga karya-karya ini mampu menginspirasi banyak orang sekaligus membentuk identitas dan membuat sejarahnya sendiri.

Pada setiap program pemutaran per harinya, kami mencoba memutarkan karya film lokal dan film internasional, yang ditujukan untuk membawa diskusi lebih jauh mengenai bagaimana pembuat film/video disini dan diluar sana, menggunakan medium film/video untuk bercerita tentang musik, yang dapat membawa gagasan-gagasan segar bagi perkembangan dunia film, musik dan praktik kebudayaan lainnya. Festival ini diadakan dengan semangat bersenang-senang untuk selalu berusaha membuka ruang bagi adanya pertemuan dan lahirnya berbagai penciptaan dengan gagasan segar dan inspiratif.

Sikatskoy!!!

====

*Jadwal, data & sinopsis:

 

Senin,11 Maret 2013: PROGRAM 1

17:00
Pearl Jam – Twenty
(2011, 109 menit, dir: Cameron Crowe)
Sebuah Rockumentary mengenai band Pearl Jam yang menandai ulang tahun ke 20 mereka di dunia musik.

19:30
Rock Bergema: A Story Behind the Rock Anthem
(2012, 23 menit, dir: Arief Asril)
Sebuah film dokumenter mengenai Roxx, band rock legendaris Indonesia, di awal kejayaannya.

20:15
Rock In Solo 2011
(2012, 85 menit, dir: Kamerad Edmond)
Film dokumenter yang mengikuti aktivitas dari pembuatan sampai ke pagelaran sebuah acara konser musik rock di kota Solo pada tahun 2011.

———————————————

Selasa, 12 Maret 2013: PROGRAM 2

17:00
Live at Djakarta Artmosphere 2011
(2011, 100 menit, dir: Ari Rusyadi)
Liputan konser musik tahunan, Djakarta Artmosphere, di tahun 2011. Berisi penampilan band-band yang meramaikan acara tersebut.

20:00
All Tommorow Parties
(2009, 82 menit, dir: All Tomorrow’s People & Jonathan Caouette)
Film dokumenter mengenai terbentuknya sebuah acara musik yang lain daripada yang lain, dimana musisi dan penontonnya berbaur dalam sebuah pengalaman musik yang paling asik. Acara tersebut dinamakan All Tomorrow’s Parties, seperti lagu band legendaris Velvet Underground.

———————————————

Rabu, 13 Maret 2013: PROGRAM 3

17:00
Lucky People Center International
(1998, 85 menit, dir: Johan Söderberg)
Film ini mengikuti perjalanan selama dua tahun ke berbagai pelosok bumi, diambang tahun 2000, untuk melihat bagaimana umat manusia menyambut awal millennium, diwarnai oleh musik dari berbagai kebudayaan dan musik masa depan.

20:00
HIPHOPDININGRAT – Jogja Hiphop Foundation
(2010, 65 menit, dir: Chandra Hutagaol)
Film dokumenter mengenai perjalanan sebuah grup musik hip-hop dari kota Jogjakarta.

———————————————

Senin, 18 Maret 2013: PROGRAM 4

17:00
Some Kind of Monster – Metallica
(2004, 141 menit, dir: Joe Berlinger & Bruce Sinofsky)
Sebuah film dokumenter mengenai perjuangan karir band heavy metal asal Amerika, Metallica, yang tetap jaya setelah 30 tahun lebih berkutat di dunia musik.

20:00
We Will Bleed – Burgerkill
(2012, 90 menit, dir: Ebenz)
Film dokumenter yang menceritakan sepak terjang band metalcore asal Bandung, Burger Kill, yang telah eksis selama 17 tahun di dunia musik Tanah Air.

———————————————

Selasa, 19 Maret 2013: PROGRAM 5

17:00
Bueno Vista Social Club
(1999, 105 menit, dir: Wim Wenders)
Film dokumenter mengenai perjuangan seorang gitaris – vokalis – komposer asal Amerika, Ry Cooder, dalam mengumpulkan musisi-musisi legendaris Kuba, dimana sekarang sudah banyak yang berusia 80-90-an tahun, untuk merekam sebuah album bergenre Latin dan untuk menggelar konser mereka di Amerika.

20:00
Berdansa Bersama Shaggydog
(2012, 58 menit, dir: F. Tejobaskoro
Sebuah film dokumenter yang menceritakan, serta membagi pengalaman hidup dari sebuah band ska asal Jogjakarta bernama Shaggydog,; yang selama 15 tahun berjuang dari nol hingga bisa mencuri perhatian insan musik di benua Eropa.

———————————————

Rabu, 20 Maret 2013: PROGRAM 6

17:00
The Boat That Rocked / Pirate Radio
(2009, 135 menit, dir: Richard Curtis)
Film fiktif tentang usaha sekelompok pencinta musik untuk menyampaikan musik rock ke telinga masyarakat luas di era ’60-an, dengan cara menyiarkannya melalui gelombang radio bajakan, dari atas sebuah kapal di tengah laut. Hal ini memang banyak terjadi di Eropa pada jaman itu.

20:00
Ambisi
(1973, 95 menit, dir: Nya Abbas Akup)
Sebuah film komedi layar lebar tentang dunia entertainmen di Tanah Air pada tahun ’70-an, mulai dari siaran radio swasta, industri rekaman, hingga pertunjukan panggung.

———————————————
———————————————
t: @Rurushopradio
f: RurushopRadio

Di Balik Frekuensi

ruangrupa dan Remotivi bekerjasama dengan Gambar Bergerak
mempersembahkan:

Pemutaran film dan diskusi
“DI BALIK FREKUENSI”
Sutradara: Ucu Agustin

e-flyer_screening_A4
(download: e-flyer)

Kamis, 21 Februari 2013 (18.30 WIB)

di
ruangrupa
Jl. Tebet Timur Dalam, No.6
Jakarta Selatan 12820

Pembicara dalam diskusi:
Ucu Agustin
Roy Thaniago (Remotivi)

Moderator:
Deasy Elsara (ruangrupa)

Sinopsis:
Luviana adalah seorang jurnalis yang telah bekerja 10 tahun di Metro TV. Ia di-PHK karena mengkritisi newsroom dan mempertanyakan manajemen Metro TV yang abai terhadap hak-hak pekerja. Hari Suwandi dan Harto Wiyono adalah warga korban lumpur Lapindo yang berjalan kaki dari Porong, Sidoarjo ke Jakarta. Mereka menghabiskan waktu hampir satu bulan demi mencari keadilan, hingga salah satunya berkhianat dengan tampil di salah satu stasiun televisi.
Melalui dua kisah tersebut, film dokumenter ini akan membawa kita pada perjalanan akan sebuah pencarian terhadap makna media. Seperti apakah seharusnya media bekerja? Untuk siapakah mereka ada?

Gratis & Tempat Terbatas!
Kontak: Roselina (0815-8927792) dan Ajeng (0817-6607046)

t: @remotivi, @ruangrupa | w: remotivi.or.id, ruangrupa.org |
e: kotaksurat@remotivi.or.id, info@ruangrupa.org

The Sweet and Sour Story of Sugar (photos)

More info about this project: http://update.ruangrupa.org/2012/the-sweet-and-sour-story-of-sugar/

PELUNCURAN BUKU POST-EVENT: Jakarta 32°C 2012

Komplotan Jakarta 32°C mempersembahkan:

PELUNCURAN BUKU POST-EVENT: Jakarta 32°C 2012

Minggu, 25 Nopember 2012
Pukul 15.00 – 20.00 WIB
di Galeri Nasional Indonesia (Ruang serbaguna)
Jl. Medan Merdeka Timur No. 14
Jakarta Pusat

Penerbitan buku post-event Jakarta 32°C ini dimaksudkan untuk membaca kembali kegiatan-kegiatan workshop dalam Jakarta 32°C 2012. Untuk pertama kalinya, kami, Komplotan Jakarta 32°C menerbitkan sebuah buku yang berisi ulasan-ulasan, kritik dari para penulis muda yang kami undang dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris.
-Pengantar Post-Event: Jakarta32°C


Selain peluncuran buku, terdapat juga penayangan video dan musik,
serta Obrol santai bersama:
Afra Suci Ramadhan (peneliti independen), Manshur Zikri (penulis dan koordinator program pemantauan media berbasis komunitas akumassaForum Lenteng), dan Asep Topan (editor buku Post-Event: Jakarta 32°C 2012, penulis dan pengajar).

Musik oleh: Sentimental Moods & The Experience Brothers.

*tersedia beragam merchandise Jakarta 32°C dan ruangrupa. Acara ini GRATIS dan terbuka untuk umum.

Acara ini didukung oleh:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Galeri Nasional Indonesia
ruangrupa

untuk informasi lanjut, kunjungi kami di:
w: jakarta32c.org
f: facebook/jakarta32c
t: @jakarta32c
e: info@jakarta32c.org

The Sweet and Sour Story of Sugar

(scroll down, for english version..)

ruangrupa dan Noorderlicht mempersembahkan:

“THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR”
(download: *.pdf – siaran pers “THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR” – versi bahasa Indonesia)

Pameran dari sebuah proyek kolaborasi antara ruangrupa dan Noorderlicht:

(download: e-flyer_01 / e-flyer_02)

 

Galeri Seni Kunstkring

23 November – 14 Desember 2012
Jl. Teuku Umar No.1
Menteng, Jakarta Pusat
T: +62 21 3900899
http://www.kunstkring-jakarta.com

map:

google maps:
maps.google.com/Galeri Seni Kunstkring

 


Pameran
“Sugar Town, Inc.”

Pembukaan:
Jumat, 23 November 2012
19.00 WIB

Dengan pertunjukkan musik oleh:
Keroncong Tugu Cafrinho

Pameran:
23 November – 14 Desember 2012
Senin – Jumat (10.00 – 17.00 WIB)
Sabtu – Minggu (11.00 – 17.00 WIB)

Kurator: ruangrupa
Berkolaborasi dengan beberapa seniman Jakarta:
Aprilia Apsari, Henry Foundation, Marishka Soekarna, M.G. Pringgotono, oomleo, Rio Farabi, Saleh Husein

Menampilkan karya dari lokakarya video:
“Sugar Fiction”
Peserta lokakarya:
Ajeng Nurul Aini, Dian Komala, Jayu Julie, Mira Febri Mellya, Nastasha Abigail Koetin, Raslena


Diskusi
“Sugar Stories in Indonesia”

Minggu, 2 Desember 2012
14.00 WIB

Pembicara:
Andi Achdian (sejarawan dan editor Majalah Loka)
Martin Suryajaya (penulis filsafat dan editor www.indoprogress.com)
Jompet Kuswidananto (seniman)

Moderator:
Leonhard Bartolomeus (penulis dan peneliti seni rupa)


*Diskusi akan berlangsung dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
*Program pameran dan diskusi terbuka untuk umum, tidak dipungut bayaran.

Info lebih lanjut: www.ruangrupa.org | twitter: @ruangrupa | group facebook: ruangrupa

Pengantar Proyek
THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR

Melalui pameran koleksi arsip foto dan karya seri fotografi dalam proyek berjudul The Sweet and Sour Story of Sugar ini, sejarah masa kolonial di Indonesia diceritakan kembali. Proyek ini dibuat oleh Noorderlicht, sebuah institusi fotografi terkemuka dari Belanda. Sebagai institusi fotografi, Noorderlicht memiliki reputasi sebagai salah satu organisasi yang menaruh kepercayaan terhadap pentingnya kekuatan fotografi dalam kemampuannya merefleksikan kenyataan sosial dan mengkomunikasikan pemikiran kritis pada banyak lapisan masyarakat.

The Sweet and Sour Story of Sugar adalah proyek investigasi fotografi yang membandingkan proses globalisasi yang terjadi melalui komodifikasi gula. Ini cerita tentang gula yang terjadi di empat negara berbeda yaitu Belanda, Brasil, Indonesia, dan Suriname. Di masa lalu, keempat negara itu saling terkait dengan kolonialisme, dengan Belanda sebagai pelabuhan utama dari perdagangan gula tersebut. Hasil penelitian proyek ini adalah ratusan arsip foto pada abad 19 dan 20 dari empat negara tersebut, yang kemudian dibandingkan dengan seri fotografi karya enam fotografer pilihan Noorderlicht, yang memotret kondisi industri gula di empat negara tersebut pada awal dekade kedua abad 21. Enam fotografer itu adalah Tomasz Tomaszewski (Polandia), Alejandro Chaskielberg (Argentina), Ed Kashi (Amerika Serikat), Francesco Zizola (Italia), James Whitlow Delano (Amerika Serikat/Jepang), dan Carl de Keyzer (Belgia). Dari karya-karya fotonya, setiap fotografer menghasilkan cerita tersendiri dari Brasil, Suriname, Indonesia, dan Belanda, yang terhubungkan secara tematis pada arsip-arsip kolonial. Proyek investigasi fotografi ini menampilkan suatu cerita kompleks empat abad globalisasi yang dilihat dari gula sebagai produk sehari-hari.

Hasil proyek tersebut kemudian dilanjutkan untuk diolah kembali menjadi bentuk presentasi yang baru, dalam suatu kolaborasi internasional bersama sejumlah institusi seni di Brasil, Suriname, dan Indonesia. Kolaborasi dilakukan Noorderlicht dengan WZM-Platforma Brasil Holanda di Sao Paolo, Brasil; dan dengan Tembe Art Studio di Paramaribo, Suriname. Di Indonesia, Noorderlicht bekerjasama dengan ruangrupa di Jakarta, dan Langgeng Art Foundation di Yogyakarta. Arsip-arsip foto tersebut diolah kembali menjadi suatu cerita dan pembahasan baru, dalam bentuk pameran, penerbitan, kuliah umum, diskusi, lokakarya, dan proyek seni.

Sebagai kurator dan penyelenggara proyek The Sweet and Sour Story of Sugar di Jakarta, ruangrupa membuat proyek seni yang dipresentasikan dalam bentuk program pameran, yang dilengkapi dengan program lokakarya video dan diskusi publik. Pada program pameran, ruangrupa mempresentasikan proyek ini dengan mengutamakan pendekatan lokal yang khas, intim, dan personal. Arsip-arsip foto diolah ke dalam berbagai kemasan produk konsumsi dan cenderamata yang berhubungan dengan gula, dan dipresentasikan di ruang galeri dalam wujud barang-barang dagangan di suatu toko kelontong dan kedai kopi bernama Sugar Town, Inc. Lokakarya video menggubah arsip fotografi ke dalam karya video dan film dengan berbagai pendekatan, dilihat dari sudut pandang seniman muda. Sementara program diskusi membahas hubungan gula dengan nasionalisme di Indonesia dan kaitannya dengan problem nasionalisme di era globalisasi, perburuhan, dan sikap pekerja seni terhadapnya.

Seluruh rangkaian proyek berbasis fotografi ini hendak menunjukkan bahwa gula sesungguhnya menyimpan sejarah yang panjang dan rumit dalam konteks globalisasi yang terus berlangsung. Di dalam setiap butir gula yang kita konsumsi sehari-hari, tersimpan sejuta cerita, yang dapat terus-menerus dimaknai.

PROGRAM

Pameran
SUGAR TOWN, Inc.

Sugar Town, Inc. adalah sebuah pameran hasil proyek seni kolaborasi ruangrupa dengan sejumlah seniman di Jakarta, yang merupakan bagian dari proyek fotografi The Sweet and Sour Story of Sugar. Ruangrupa mengolah kembali arsip dan karya foto mengenai sejarah industri dan komodifikasi gula selama empat abad di empat negara yang berbeda, dengan pendekatan lokal yang khas, intim, dan personal.

Arsip-arsip foto yang berkisah tentang dinamika industri gula pada zaman kolonial dan masa kini tersebut dipresentasikan dalam sebuah toko kelontong (kiosk) dan kedai kopi. Dipajang di jajaran display produk toko, bercampur dengan seri ilustrasi yang dibuat dengan mengambil inspirasi dari arsip-arsip foto tersebut dan diaplikasikan pada berbagai produk sehari-hari, seperti gelas, cangkir, piring, kaos, tas, maupun kartu pos. Sebagian produk dijual, sebagian dibagikan secara gratis kepada pengunjung pameran.

Foto-foto yang dipilih oleh ruangrupa fokus pada arsip yang merepresentasikan isu-isu yang dekat dengan permasalahan yang terjadi di Indonesia hingga kini, yaitu tanah dan sumber daya alam, teknologi dan ilmu pengetahuan, sumber daya manusia, industri dan moda transportasi dalam perdagangan, mobilisasi tenaga kerja manusia dan hubungannya dengan migrasi global, warisan budaya, dan pola konsumsi masyarakat.

Selain itu, tim riset ruangrupa mengumpulkan data-data tentang industri gula dan segala hal yang berhubungan dengan komodifikasi gula, juga cerita tentang gula dari tanah air. Data-data ini didapat dari berbagai sumber arsip, termasuk kliping koran, lagu-lagu, film, video, puisi, blog, dan beragam produk yang mengandung unsur gula di dalamnya. Arsip-arsip foto beserta kumpulan data yang ditemukan oleh tim riset ruangrupa ini menjadi tambahan informasi dan basis inspirasi bagi seniman-seniman yang dilibatkan dalam proyek seni ini.

Seri ilustrasi dan mural berbasis foto arsip adalah karya dari Aprilia Apsari dan Saleh Husein. Seri ilustrasi ini, beserta data hasil riset yang dikumpulkan oleh tim riset ruangrupa, kemudian diaplikasikan ke dalam berbagai produk cenderamata dan memorabilia yang dirancang oleh Rio Farabi. Sementara untuk memberi identitas pada toko kelontong, kami mengundang Henry Foundation untuk merancang logo serta berbagai variasi aplikasinya pada berbagai produk. Selain karya ilustrasi dalam kemasan produk, terdapat pula karya ilustrasi yang digubah ke dalam format audio visual, dan ditampilkan sebagai karya video. Seniman Marishka Soekarna mengolah persoalan gula ke dalam kehidupan sehari-harinya dalam sebuah ilustrasi, yang diolah menjadi karya video animasi. Karya-karya video lainnya, adalah karya hasil lokakarya video yang dikelola oleh Mahardika Yudha. Koordinator divisi Pengembangan Seni Video di ruangrupa ini mengundang enam seniman muda untuk mengolah arsip foto kolonial menjadi karya video maupun film. Lokakarya diharapkan dapat menghasilkan berbagai perspektif baru yang akan memperkaya pemaknaan atas arsip-arsip foto kolonial tersebut.

Sementara, desain toko kelontong, kedai kopi, dan tata letak ruang dalam pameran ini, merupakan buah rancangan seniman M.G. Pringgotono.

Dengan menawarkan pengalaman sehari-hari sebagai bentuk presentasi pameran, layaknya berbelanja di toko dan nongkrong di kedai kopi, memori kolektif kita tentang bagaimana gula selama ini diproduksi dan dikonsumsi—baik dalam konteks lokal maupun global—dapat dimunculkan kembali secara halus. Dengan ringan, akrab, dan hangat, segala narasi berikut informasi dan pengetahuan yang terekam dalam karya-karya fotografi yang bersifat dokumentatif ini didistribusikan kepada publik seperti melodi lagu yang terngiang-ngiang di kepala atau kabar yang dibisikkan di telinga, hingga tak mudah dilupakan.

 

Lokakarya Video
SUGAR FICTION

Lokakarya video “Sugar Fiction” menjadi salah satu bagian dari proyek seni berbasis fotografi sejarah “The Sweet and Sour Story of Sugar”. Lokakarya ini mencoba menerjemahkan atau men-transcoding bentuk dari arsip fotografi pada “gambar bergerak” (moving images). Bagaimana isu sosial-politik; kolonial, pascakolonial, modernisasi, dan teknologi, yang erat kaitannya dengan fotografi pabrik gula ‘dimainkan’, ‘direduksi’, atau bahkan ‘dihilangkan’ sama sekali makna asalinya menjadi sebuah pemaknaan baru dari sudut pandang generasi muda dalam melihat rekaman sejarah yang ‘bergerak’.

Lokakarya ini mengundang enam seniman muda yang lahir sekitar 25 tahun lalu. Mereka tinggal dan bekerja di Jakarta, dan jauh dari memori kolonial pabrik gula yang berada di hampir seluruh pulau Jawa bagian tengah dan timur. Para seniman muda itu memiliki berbagai latar belakang pendidikan seperti jurnalistik, film, dan akuntansi, namun semua partisipan ini pernah membuat atau setidaknya melakukan kerja-kerja seni baik individu ataupun kolaborasi yang bersinggungan dengan gambar bergerak. Mereka membuat karya video dan film berbasis fiksi-naratif, video musik, investigasi, dokumenter, maupun performans.

 

Diskusi
SUGAR STORIES IN INDONESIA

Produksi gula secara massal di Indonesia pada era penjajahan Belanda memulai babak barunya ketika program Tanam Paksa mulai diberlakukan pada 1830. Selama kurun waktu itu, gula merupakan bahan ekspor terbesar dari Jawa bagi pasar dunia. Karenanya pula, kisah yang melingkupinya sangat besar, mulai dari kisah kemiskinan petani sampai kisah yang berurusan dengan nasionalisme. Kisah gula di Indonesia terus berlanjut sampai saat ini, yang tidak lagi berkaitan dengan penjajahan atau nasionalisme, namun beralih pada persoalan perburuhan dan budaya masyarakat di mana pabrik gula beroperasi.

Diskusi ini akan membahas hubungan gula dengan nasionalisme di Indonesia dan kaitannya dengan problem nasionalisme di era globalisasi, perburuhan, dan sikap pekerja seni terhadapnya.

 

 

THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR

Proyek di Indonesia didanai dan didukung oleh:
The Kingdom of The Netherlands
Mondriaan Foundation
SNS REAAL Fonds
Arts Collaboratory
Noorderlicht
ruangrupa
Langgeng Art Foundation

 

ruangrupa mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan dukungan:

Noorderlicht
Wim Melis, Marieke van der Velden, Sjors Swiersta

The Netherlands Embassy, Jakarta
Ton van Zeeland, Dorine Wytema, Shaula Supit

Langgeng Art Foundation
Deddy Irianto, Ignatia Nilu

Galeri Seni Kunstkring
Florine Limasnax, Annette Anhar, Emir Hakim, Vidhyasuri Utami

Alexander Supartono

MES 56 collective

Cuba Tees
Pican, Awwe, Manda, Rico

 

===
(english version)

ruangrupa and Noorderlicht presents:

“THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR”
(download: *.pdf – press release “THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR” – english version)

Exhibition of a collaborative project between ruangrupa and Noorderlicht:

(download: e-flyer_01 / e-flyer_02)

 

Galeri Seni Kunstkring

23 November – 14 Desember 2012
Jl. Teuku Umar No.1
Menteng, Jakarta Pusat
T: +62 21 3900899
http://www.kunstkring-jakarta.com

map:

google maps:
maps.google.com/Galeri Seni Kunstkring

 


Exhibition
“Sugar Town, Inc.”

Opening:
Friday, 23 November 2012
7 PM

With musical performance by:
Keroncong Tugu Cafrinho

Exhibition:
23 November – 14 Desember 2012
Monday – Friday (10 AM – 5 PM)
Saturday – Sunday (11 AM – 5 PM)

Curator: ruangrupa
In collaboration with several Jakarta based artists:
Aprilia Apsari, Henry Foundation, Marishka Soekarna, M.G. Pringgotono, oomleo, Rio Farabi, Saleh Husein

Featuring works from the video workshop:
“Sugar Fiction”
Workshop participants:
Ajeng Nurul Aini, Dian Komala, Jayu Julie, Mira Febri Mellya, Nastasha Abigail Koetin, Raslena


Discussion
“Sugar Stories in Indonesia”

Sunday, 2 December 2012
2 PM

Speakers:
Andi Achdian (historian and editor of Loka Magazine)
Martin Suryajaya (author on philosophy and editor indoprogress.com)
Jompet Kuswidananto (artist)

Moderator:
Leonhard Bartolomeus (author and art researcher)


*The discussion will be held in Bahasa Indonesia and English
*The exhibition and the discussion programs are open to public, free admission

For more details: www.ruangrupa.org | twitter: @ruangrupa | group facebook: ruangrupa

 

Project Introduction
THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR

By means of exhibiting the collected archive of photographs and series of photography works for The Sweet and Sour Story of Sugar project, history of the colonial period in Indonesia is recapitulated. Noorderlicht, a leading institution of photography in The Netherlands, created the project. As a photography institute, Noorderlicht has a reputation as one of the organizations that has placed their trust in the significance of the power of photography in its ability to reflect the social actuality and to communicate critical thoughts on various levels of society.

The Sweet and Sour Story of Sugar is a photography investigation project, comparing the globalization process that occurs as a result of the commodification of sugar, since the beginning of the sugar industry constructions in four different countries, namely The Netherlands, Brazil, Indonesia, and Suriname. In former times, these mentioned countries were connected by colonialism, with The Netherlands as the main port in sugar trade. The outcome of this project are hundreds archives of photos on the 19th and 20th centuries of the four countries, which is then compared with series of photography works by six Noorderlicht chosen photographers, who photograph conditions of sugar industries within the four countries mentioned above during the beginning of the second decade of the 21st century. The six photographers are: Tomasz Tomaszewski (Poland), Alejandro Chaskielberg (Argentina), Ed Kashi (USA), Francesco Zizola (Italy), James Whitlow Delano (USA/Japan), and Carl de Keyzer (Belgium). Each photographer depicts his own storyline from the countries they are from, for their photography works, which are thematically linked with the colonial archives. This investigative photography project reveals a complex tale of four centuries of globalization witnessed by sugar as an everyday product.

Results of this project are then preceded to be recycled into various forms of presentation, in an international collaboration with a number of art institutions in Brazil, Suriname, and Indonesia. In Brazil, the collaboration is done with WZM-Platforma Brasil Holanda in Sao Paolo; and in Suriname, the Tembe Art Studio in Paramaribo. In Indonesia, Noorderlicht collaborates with ruangrupa in Jakarta, and Langgeng Art Foundation in Yogyakarta. The photo archives are then reutilized as a new portrayal and debate, as an exhibition, publishing, public lectures, discussions, workshops, and art projects.

As curator and organizer of the project The Sweet and Sour Story of Sugar in Jakarta, ruangrupa develops an art project that is presented in a form of an exhibition program, complete with a video workshop program and an open discussion. For the exhibition program, the presentation from ruangrupa is emphasized on typical local approach, intimate and personal. The archives of photos is processed into a variety of consumer packaged products and souvenirs related to sugar, presented in the gallery space as merchandise in a grocery store and coffee shop called Sugar Town, Inc. The video workshop transforms the photography archives into works of videos and films in various methodologies, from the perspectives of each young artist involved. Meanwhile, the discussion program will examine the link between sugar with the nationalist movement in Indonesia, and its connection with the problems of nationalism in the globalisation era, of workforce, as well as the approach of artists regarding the issue.

This entire sequence of photography-based project wishes to show that there is actually a vast history that is long and intricate within the context of the on-going globalization, concealed behind the existence of sugar. Inside every particle of sugar we consume each day, millions of interpretational stories are kept hidden.

PROGRAM

Exhibition
SUGAR TOWN, Inc.

Sugar Town, Inc. is a collaborative art project by ruangrupa with a number of young Jakarta-based artists, which is part of the photography project entitled The Sweet and Sour Story of Sugar. ruangrupa reworked the archives and photographs of the history of sugar industries and its four centuries commodification in four different countries, emphasized with typical local approach, intimate and personal.

The photo archives about the dynamics of the sugar industry in the colonial era and the present are presented in a grocery store (kiosk) and coffee shop. They are displayed as products at the store, mixed with series of illustrations inspired by the photo archives and applied to a variety of everyday products, such as cups, mugs, plates, shirts, bags, and postcards. Most products are sold, but some are distributed for free to visitors of the exhibition.

The photos selected by ruangrupa are focused on archives that represent the issues close to the problems happening in Indonesia until now; namely land and natural resources, science and technology, human resources, industrial and transportation in commerce, mobilization of human labour and its relation to global migration, cultural heritage, and patterns of people’s consumption.

In addition, the research team of ruangrupa collects data on the sugar industry and all things associated with the commodification of sugar, also the stories of sugar from the homeland. These data were obtained from a variety of archival sources, including newspaper clippings, songs, movies, videos, poems, blogs, and a variety of products that contain elements of sugar in it. The photo archives with the data set found by the research team of ruangrupa are additional information and the inspiration grounds for the artists involved in this art project.

Series of illustrations and murals based on the photo archives is the works of Aprilia Apsari and Saleh Husein. This series of illustrations, along with data collected by the ruangrupa research team, are then applied to a variety of souvenirs and memorabilia products designed by Rio Farabi. Meanwhile, to give identity to the grocery store, we invite Henry Foundation to design the logo as well as a variety of applications on various products. In addition to the works of illustrations in the form of products, there are also illustrations composed in audio-visual format, and displayed as a video work. The artist Marishka Soekarna cultivates sugar issues into her daily life as an illustration, which is then processed into animated video work. The other video works are the results of the video workshop run by Mahardika Yudha. As the coordinator of Video Art Development Division in ruangrupa, he invited six young artists to elevate the colonial photo archives into works of videos and films.

The workshop is expected to produce a variety of new perspectives that will enrich the value of the photo archives. Meanwhile, the designs of the grocery store, coffee shop, and the layout of the exhibition space, are composed by the artist M. G. Pringgotono.

By presenting the exhibition in the form of daily experiences, like shopping at the store and hanging out at the coffee shop, our collective memory of how sugar has been produced and consumed – both in local and in global contexts – can be subtly recapitulated. In an easy, familiar, and warm way, all the narrations as well as the information and knowledge captured in these documentary-styled photography works are distributed to the public like a melody of a song that rings in your head or words being whispered in the ear, they will not be easily forgotten.

 

Video Workshop
SUGAR FICTION

The “Sugar Fiction” video workshop is a part of the historical photography-based art project entitled “The Sweet and Sour Story of Sugar”. This workshop tries to interpret or to transcode the form of photography archive in to moving images. How the issues of social-politics, colonial, post-colonial, modernization, and technology; which are closely related with the photos of sugar factories; have been “manipulated”, “reduced”, or even “expunged” from its true meaning to become this new definition from the standpoint of the young generation of women, in seeing the ‘moving’ historical accounts.

This workshop invites six young artists whom were born more or less 25 years ago. They live and work in Jakarta, far from the colonial memories of sugar factories that existed in almost the whole of Java, the middle and the eastern parts. These artists have all got a variety of backgrounds in education; like in journalism, films, even bookkeeping. However, all these participants have made or at least have done works of art, individually as well as collaboratively, that are in connection with moving images. They will attempt to produce video works and narrative-fiction based films, music videos, investigations, documentaries, as well as performances.

 

Discussion
SUGAR STORIES IN INDONESIA

The mass sugar production in Indonesia during the Dutch Colonial era began its new phase when the Tanam Paksa (Cultivation) program was ordered in 1830. During that period of time, sugar was Java’s biggest export component in the world market. As a consequent, the vast amount of stories that goes with it, starting from the tales of poverty amongst the land workers, up to historical accounts that dealt with nationalism. The story of sugar in Indonesia continues until this moment, no longer associated colonialism or nationalism, but turning more to issues of workforce and people’s culture in the regions where sugar factories are running.

This program will examine the link between sugar with the nationalist movement in Indonesia, and its connection with the problem of nationalism in the globalisation era, workforce, as well as the approach of artists towards the issue.

 

 

THE SWEET AND SOUR STORY OF SUGAR

The project in Indonesia is financially supported by:
The Kingdom of The Netherlands
Mondriaan Foundation
SNS REAAL Fonds
Arts Collaboratory
Noorderlicht
ruangrupa
Langgeng Art Foundation

 

For their cooperation and support, ruangrupa express gratitude to:

Noorderlicht
Wim Melis, Marieke van der Velden, Sjors Swiersta

The Netherlands Embassy, Jakarta
Ton van Zeeland, Dorine Wytema, Shaula Supit

Langgeng Art Foundation
Deddy Irianto, Ignatia Nilu

Galeri Seni Kunstkring
Florine Limasnax, Annette Anhar, Emir Hakim, Vidhyasuri Utami

Alexander Supartono

MES 56 collective

Cuba Tees
Pican, Awwe, Manda, Rico

 

===

Artist Talk and Discussion “Riwayat Saudagar”

ruangrupa mempersembahkan:

Artist Talk and Discussion
Pameran Tunggal Saleh Husein
“Riwayat Saudagar”

Jumat, 2 November 2012
16.00 s/d 18.00wib
di RURU Gallery
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.6
Jakarta Selatan 12820

Pembicara:
Saleh Husein (Seniman)
Rizki A Zaelani (Kurator)
Aryo Danusiri (Pembuat film dokumenter, Antropolog)

Moderator:
Mirwan Andan (Divisi litbang ruangrupa)

Acara ini gratis dan terbuka untuk umum!

RIWAYAT SAUDAGAR

ruangrupa mempersembahkan:

RIWAYAT SAUDAGAR
Pameran Tunggal Saleh Husein

Kurator: M.G. Pringgotono

Pembukaan:
Jumat, 19 Oktober | 19.00 wib – selesai

Dimeriahkan oleh para Music Selectah:
David Tarigan
Hydroxydebromide
The Secret Agents

Pameran:
20 Oktober – 2 November 2012 (kecuali hari Minggu)
11.00 – 21.00 wib

di RURU Gallery
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6
Jakarta Selatan 12820

Gratis!

Saleh Husein menempuh pendidikan di jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta. Selain dikenal sebagai gitaris grup musik White Shoes & The Couples Company, dan The Adams, ia juga seorang seniman yang terlibat dalam berbagai perhelatan seni rupa, seperti “Jakarta Biennale XIII 2009: ARENA” di Jakarta; “Occupying Space: ASEAN Performance Art Event” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran “Riwayat Saudagar” di RURU Gallery ini adalah pameran tunggal pertamanya.

Pada pameran tunggalnya ini Saleh –yang lahir di Jedah pada tahun 1982, dari keluarga keturunan Arab Jawa– akan beriwayat mengenai sesuatu yang personal, semacam urusan keluarga, namun seru untuk selalu diceritakan lagi bagaimana perjalanan leluhur-luhur kita seakan penuh akal dalam menjalani hidupnya. Mereka berhijrah, berdagang, bekerja, berbaur dan beranak pinak. Cerita-cerita seperti itu memang selalu mengundang keakraban, tidak peduli berasal dari etnis apapun. Ruang pamer RURU Gallery juga tidak luput digambari oleh Saleh yang memang sering berkarya mural. Ia memulai karyanya ini lewat riset hingga kemudian bereksperimen dengan data, lukis, drawing, video dan cara bertutur baru bagi dirinya sendiri. Sekaligus mengajak pengunjung untuk lebih memahami siapa kita.

RURU Gallery mengundang seniman muda M.G. Pringgotono untuk bekerja sebagai kurator pameran kali ini. M.G. menempuh pendidikan seni rupa di Universitas Negeri Jakarta. Ia adalah salah seorang pendiri SERRUM, kelompok yang fokus pada pengkajian masalah-masalah sosial perkotaan melalui seni rupa berbasis pendidikan, di mana program mereka meliputi proyek dan pameran seni rupa, propaganda grafis, street art, mural, maupun penerbitan komik. Terakhir pada 2011, ia mengikuti program residensi seniman bertema “Urban Research Project” di Seoul Art Space Geumcheon, Korea Selatan.

Karya Saleh Husein dalam pameran ini merupakan eksplorasi dari medium seni gambar yang menghadirkan isu-isu berkaitan dengan soal migrasi, percampuran budaya, sejarah dan tentunya identitas.

w: ruangrupa.org
t: twitter.com/ruangrupa / #ruangrupa
f: facebook.com/pages/ruangrupa/
e: info@ruangrupa.org
t/f: +62 (0) 21 830 4220

   

***

ruangrupa presents:

THE HISTORY OF MERCHANTS
A Solo Exhibition of Saleh Husein

Curated by: M.G. Pringgotono

Opening:
Friday, 19 October | 7 pm – finish

Featuring the Music Selectahs:
David Tarigan
Hydroxydebromide
The Secret Agents

Exhibition:
20 October – 2 November 2012 (except for Sundays)
11 am – 9pm

at RURU Gallery
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6
Jakarta Selatan 12820

This is a FREE event!

Saleh Husein went through education at the Paintings Department of the Arts Faculty, in the Art Institute of Jakarta. Besides being widely known as a guitarist for the bands White Shoes & The Couples Company and The Adams, he is also an artist who has been involved in various art events; namely the “Jakarta Biennale XIII 2009: ARENA” and “Occupying Space: Performance Art Event ASEAN”, both at National Gallery of Indonesia in Jakarta. This exhibition in RURU Gallery, entitled “The History of Merchants” (“Riwayat Saudagar”), is his first solo exhibition.

Saleh, who was born in Jeddah (the Mecca province of Arab) in 1982 and is a descendant of a Javanese – Arabian family, will be revealing something personal in this debut solo exhibition. It, in a way, is a family affair; but yet interesting to put in the spotlight once every while, respecting the journeys of our ancestors and their savvy ways of living their life. They emigrated, traded, worked, mingled, and procreated. Such stories are always enticing to intimacy, no matter what etnicity you belong to. RURU Gallery will be filled with drawings by Saleh, who generally does murals. He began working for this project with research; followed by experimenting with data, paintings, drawings, videos, and alternative means of communicating, even for himself. Simultaneously, he invites visitors to better understand who we are.

RURU Gallery solicited a young artist, M.G. Pringgotono, to act as the curator for this exhibition. M.G. studied fine art at Jakarta State University and is one of the founders of SERRUM, a group that focuses on the study of urban social issues through education-based fine art. Their programs include projects and art exhibitions, graphic propagandas, street art, murals, and publishing comic books. In 2011, he participated in an artist residency program at Seoul Art Space Geumcheon, South Korea, themed “Urban Research Project”.

In this exhibition, Saleh’s works are exploring the art of drawing as the medium, presenting issues on the subjects of migration, cultural mélanges, history, and, needless to say, of identity.

w: ruangrupa.org
t: twitter.com/ruangrupa / #ruangrupa
f: facebook.com/pages/ruangrupa/
e: info@ruangrupa.org
t/f: +62 (0) 21 830 4220

JAKARTA 32°C – 2012

ruangrupa mempersembahkan:
Pameran Visual Mahasiswa Jakarta ke-5: Jakarta 32°C

Pembukaan:
Sabtu, 22 September 2012 | 19.00wib

Pameran:
23 September – 8 Oktober 2012 | 10.00 – 21.00wib

GALERI NASIONAL INDONESIA, GEDUNG C
Jl. Medan Merdeka Timur No.14 | Jakarta Pusat

Dimeriahkan oleh:
Krontjong Toegoe Cafrinho
Sapphira Singgih
DJ Xing Xing

MC:
Gilang, Ube, Sahal

***

Program:
Minggu, 23 September 2012 | 15.00,
“Workshop Artists Merchandising bersama Ika Vantiani”
Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia

Sabtu, 29 September 2012 | 16.00,
“Artist’ Talk: Seniman Muda Ibu Kota”
Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia

Selasa, 2 Oktober 2012 | 16.00,
“Diskusi: Seni dan Aktivisme Mahasiswa”
Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia

Jumat, 5 Oktober 2012 | 13:00,
“Performance Art”
Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia

Sabtu, 6 Oktober 2012 | 16:00,
“Pemutaran Khusus Film dan Video Peserta Jakarta 32°C”
Ruang Audio Visual Galeri Nasional Indonesia

Minggu, 7 Oktober 2012 | 16:00,
“Diskusi Film Klasik: Rupa Ibu Kota”
Kineforum – Jl. Cikini Raya 73 (Belakang Galeri Cipta III)
Jakarta Pusat

Penutupan:
Senin, 8 Oktober 2012 | 15.00
“Penghargaan 5 Karya Terbaik dan Bazaar”
Galeri Nasional Indonesia

***

didukung oleh:
            

 

KOMPLOTAN JAKARTA 32°C
Jl. Tebet Timur Dalam Raya no 6, Jakarta Selatan 12820

w: jakarta32c.org / ruangrupa.org
t: @jakarta32c / #jakarta32c
f: facebook.com/jakarta32c
e: info@jakarta32c.org
t/f: +62 (0) 21 830 4220

HOLY MARKET 2012!

ruangrupa present:

HOLY MARKET
..is back!!!

Pasar Murah Menjual Karya Seni & Barang2 Artistik yang Eksentrik

Sabtu dan Minggu, 11 & 12 Agustus 2012
Jam 14.00 – 21.00 WIB
di ruangrupa
Jl. Tebet Timur Dalam Raya no.6, Jakarta Selatan
Holy Market adalah sebuah event garage sale atau pasar murah yang diselenggarakan dua kali dalem setahun oleh ruangrupa pada bulan Ramadhan dan menjelang Natal.

Pasar murah ini menjual berbagai art-works, pernak-pernik cantik, Juga kaos, tas, buku, band merchandise, CDs, kaset, toys, poster, komik, kamera, pajangan, memorabilia, koleksi barang-barang antik plus beraneka barang second-hand. dan benda-benda antah-berantah lainnya.

Dimeriahkan oleh:
GRIBS, Payung Teduh & Keroncong Tugu Cafrinho

..tidak datang adalah merugi!

TOP COLLECTION #3

ruangrupa
mempersembahkan

TOP COLLECTION #3
Sebuah proyek fotografi


download: “TOP COLLECTION #3″ (catalogue, *.PDF, 4.3 mb)

Seniman:
Agan Harahap (Jakarta), Nissal Nur Afryansah (Jakarta), Reza Afisina (Jakarta), Reza Mustar (Jakarta), The House is Black (Jakarta)

Kurator: Julia Sarisetiati

Pembukaan: Sabtu, 21 Juli 2012, pukul 19.30
@ RURU Gallery
Jl. Tebet Timur Dalam Raya no.6, Jakarta Selatan

Dimeriahkan oleh:
Backwood Sun (myspace.com/thebackwoodsun)
E-Min (souncloud.com/emin-album)

Pameran: 21 Juli – 4 Agustus 2012 (kecuali hari Minggu) | 11.00 – 21.00 wib

Gratis!

..didukung oleh:

  
  

Gigsplay.com
Provoke
Whiteboard Journal
SUB
Majalah Cobra
Indoartnow

====

Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek fotografi TOP COLLECTION yang dikerjakan ruangrupa pada 2004 dan 2006 lalu. Proyek ini bertujuan untuk melihat kembali budaya fotografi di masyarakat, yaitu bagaimana masyarakat menggunakan fotografi dalam kesehariannya, dan untuk melihat pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, serta lebih jauh lagi, untuk melihat makna dibalik sebuah karya foto dalam hubungannya dengan perkembangan budaya visual, modernitas,dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Pada TOP COLLECTION ketiga ini, ruangrupa mengundang seorang fotografer muda, Julia Sarisetiati, sebagai kurator. Julia Sarisetiati adalah salah satu seniman muda yang sering terlibat dalam berbagai proyek seni di ruangrupa dan intens bekerja dengan medium fotografi. Ia kemudian mengundang enam seniman muda untuk mengobservasi kembali posisi dan penggunaan medium fotografi pada era teknologi digital ini: ketika kamera adalah bagian dari organ vital perangkat komunikasi multifungsi seperti ponsel cerdas dan komputer, juga terhubung dengan ruang-ruang sosial yang virtual.
Perkembangan teknologi fotografi dan informasi sejauh ini telah menyebabkan terjadinya banyak perubahan dalam praktik fotografi di tengah masyarakat. Ketika medium ini menjadi semakin egaliter dan digunakan secara masif oleh siapapun untuk memproduksi berbagai citraan dan menyebarkannya secara bebas lewat jaringan media sosial, bagaimana kita bisa membaca pesan-pesan dan nilai-nilai yang ada dibalik praktik fotografi masa kini,adalah merupakan hal yang menarik untuk dipahami.

Secara khusus, Julia Sarisetiati menegaskan bahwa proyek ini adalahsebuah proyek fotografi yang fokus pada pola kerja riset. Proyek ini ingin melihat sejauh mana fotografi yang tersebar di ruang virtual, media cetak, dan koleksi foto pribadi dapat dibaca, juga menunjukkan bagaimana kerja pengarsipan dan identifikasi dapat menjembatani pembacaan dari foto-foto yang beredar, sehingga publik dapat memahami pembahasan yang dihadirkan dalam pameran ini sebagai bahan dasar pengetahuan tentang budaya visual.

Proyek ini merupakan sebuah kerja ekperimental ruangrupa, yaitu bagaimana seniman menggunakan fotografi sebagai strategi visual untuk mengenali masyarakat dan kehidupannya, dan bagaimana seniman menciptakan kesadaran visual melalui fotografi dan mempertanyakan kembali kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan oleh medium fotografi.Agan Harahap “berfoto” bersama para selebritis dan menyebarkannya di media sosial, Nissal Nur Afryansah melakukan riset atas perilaku penggunaan webcam di kalangan anak muda, Reza Afisina menggunakan fotografi sebagai dokumentasi untuk menampilkan karya seni performans, dan Reza Mustar, alias Azer mengumpulkan foto-foto “penampakan” dari dunia gaib yang banyak beredar di Internet, dan The House is Black mengkoleksi beragam kreasi rekayasa foto yang beredar di media sosial yang digunakan sebagai ekspresi politis masyarakat.

===

w: ruangrupa.org
t: @ruangrupa
fb group: ruangrupa
e: info@ruangrupa.org