Video Game Over

ruangrupa mempersembahkan:

Video Game Over
Program diskusi sarjana muda sesi pertama

e-flyer_videogameover

Kamis, 20 November 2014
19.00 – selesai

di
RURU Gallery
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.6
Jakarta Selatan 12820

Menghadirkan:
Martin Suryaja (Pembicara)
oomleo (Penanggap)

Gratis!

***

“Video Game sebagai Gesamtkunstwerk”

Dewasa ini, muncul perdebatan tentang video game yang berkisar pada persoalan: apakah video game merupakan seni atau bukan? Pembicara berpendapat bahwa video game bukan hanya seni tetapi juga perwujudan integral dari seluruh cabang seni. Pada amatan sekilas, video game dapat dibaca sebaga seni rupa. Tentu saja, karena hal itu memuat seluruh elemen yang menyusun pengertian ‘seni rupa’, yakni seni yang dicirikan oleh visualitasnya. Namun, video game tidak hanya bertopang pada citra visual, tetapi juga pada citra auditif. Dalam arti itu, video game bisa dibaca juga sebagai seni musik. Tak berhenti sampai di situ, video game juga mengandung unsur sastrawi dan koreografi, sebab di dalamnya termuat cerita, penokohan, ungkapan teatrikal dan olah tubuh. Sampai di sini, video game setara dengan sinema yang merupakan perpaduan dari seni rupa, musik, sastra dan tari. Namun ada satu elemen khas pada video game yang belum ada pada film: partisipasi. Jadi video game adalah film plus partisipasi–dengan kata lain, sintesis dari seluruh cabang seni (Gesamtkunstwerk) ditambah dengan partisipasi. Berbeda dari film, musik atau novel yang menempatkan para penikmatnya dalam posisi pemirsa yang pasif mengikuti cerita, video game memposisikan para penikmatnya sebagai subjek cerita yang melalui pilihan-pilihannya membentuk hasil akhirnya sendiri. Kalau pada film, musik dan novel ruang keaktifan pemirsa hanya terbatas pada interpretasi, pada video game ruang partisipasi aktif itu tak hanya tersedia pada aras penafsiran, tetapi juga pada keseluruhan proses permainan itu sendiri. Misalnya, apabila multiple endings dalam film dan cerpen terwujud secara metaforis sebagai hasil dari tafsiran penonton, multiple endings dalam video game terwujud secara harfiah sebagai akibat dari perbuatan sang pemain game sebagai si tokoh utama cerita. Diskusi ini akan membahas sejarah perkembangan video game, perdebatan seputar statusnya sebagai seni dan kedudukannya sebagai suatu ‘karya seni total’ (Gesamtkunstwerk).
***
Martin Suryajaya adalah penulis filsafat. Publikasi terakhirnya: Asal-Usul Kekayaan (Resist Book, 2013). Saat ini sedang menulis empat seri buku tentang sejarah estetika.

Narpati Awangga a.k.a. oomleo pernah menempuh pendidikan di jurusan seni grafis Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sejak 2003 ia bergabung dengan ruangrupa sebagai penjaga gawang data digital dan website. oomleo dikenal sebagai seniman yang secara konsisten menggunakan piksel sebagai pendekatan artistiknya.


w: ruangrupa.org | fp: ruangrupa | ig: @ruangrupa | t: @ruangrupa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>